REPUBLIKA.CO.ID,--Dalam Alquran, Allah menegaskan bahwa baru dinamakan berbuat kebajikan bila mereka dengan rela memberikan nafkah yang paling dicintainya kepada orang yang membutuhkan.
"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (QS Ali Imran [3]: 92).
Pada zaman dulu, di Yatsrib (Madinah, sekarang), kaum Anshar telah lama menanti kedatangan kaum Muhajirin, saudara seiman mereka yang berasal dari Makkah. Ketika Muhajirin benar-benar tiba, kaum Anshar sangat senang. Mereka pun menjamu saudara seiman ini dengan segenap kemampuan yang dimilikinya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, ada seorang Anshar berkata kepada seorang Muhajirin. "Ini adalah kekayaanku; ambillah separuh. Dan ini adalah dua istriku; lihatlah mana yang lebih menyenangkanmu dan katakan kepadaku, maka aku akan menceraikannya dan ia akan menjadi istrimu setelah ia menyelesaikan idahnya."
Orang Muhajirin ini membalas kebaikan Anshar ini suatu jawaban yang lebih baik. Ia berkata: "Semoga Allah memberi rahmat atas kekayaan dan istrimu kepadamu. Aku tidak memerlukan mereka. Tolong, tunjukkan kepadaku di mana pasar yang aku dapat bekerja."
Dalam riwayat lain, seorang Anshar memberikan ucapan selamat datang kepada orang Muhajirin dan menganggapnya sebagai tamu. Ia pun berusaha menjamu tamunya ini dengan baik. Sayangnya, ia tidak memiliki makanan yang cukup. Namun, sebagai rasa sayangnya, ia memerintahkan istrinya untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada tamunya.
"Bawa anak-anak ke tempat tidur dan matikan lampu lalu sediakan apa yang engkau punya untuk tamu kita. Kita akan duduk dengannya di meja dan membuatnya berpikir bahwa kita makan meskipun kita tidak makan."
Maka, mereka duduk bersama sambil melayani tamunya. Si tamu ini pun makan dengan lahapnya, sementara tuan rumah terpaksa menahan lapar sepanjang malam. Pada pagi berikutnya, seorang Anshar pergi kepada Nabi Muhammad SAW dan berkata kepada beliau atas apa yang terjadi. Nabi Muhammad SAW bersabda: "Allah meridai atas apa yang engkau lakukan untuk tamumu malam ini." (Muttafaqun alaih).
Orang-orang Muhajirin sangat bergembira atas sambutan yang baik dari kaum Anshar. Mereka berkata kepada Nabi Muhammad SAW. "Ya, Rasulullah, kami tidak pernah melihat sesuatu pun seperti orang-orang ini. Jika memiliki sedikit (harta), mereka tetap memberikan bantuan. Dan jika kaya, mereka sangat murah hati. Mereka membantu dan membagi harta mereka dengan kami sehingga kami khawatir bahwa mereka akan menerima semua pahala." Nabi Muhammad SAW bersabda: "Tidak, selama engkau menghormati (menyanjung) mereka dan berdoa kepada Allah untuk mereka." (HR Bukhari, Ahmad, Abud Dawud, Tirmidzi, dan Nasai).
Alangkah indah dan mulianya akhlak orang-orang Anshar. Mereka merelakan harta yang dimiliki untuk saudara-saudaranya yang membutuhkan. Mereka rela kelaparan demi menghormati saudaranya yang kekurangan. Semoga kita bisa mengambil teladan dari akhlak mulia sahabat Anshar ini. Wallahu A'lam.
0 komentar:
Posting Komentar