Selasa, 31 Agustus 2010

"My Faith My Voice", Kampanye Muslim AS Jawab Kebencian

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Di tengah memanasnya kehidupan beragama di Amerika Serikat terkaut kontroversi pembangunan Islamic Center New York, sebuah kelompok Muslim AS pada hari Senin meluncurkan kampanye simpatik. Kampanye bertajuk My Faith My Voice ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran sosial dalam menanggapi apa yang mereka lihat sebagai 'sentimen anti-Islam' di negeri itu.

Kampanye My Faith, My Voice membuat sebuah situs web dengan pesan yang menyerukan dialog. Dalam waktu dekat, kata salah seorang aktivisnya, mereka berencana akan memperluas iklan ke berbagai media, antara lain jaringan televisi nasional.

"Dalam beberapa pekan terakhir, banyak orang telah memberitahu Anda apa yang harus berpikir tentang Muslim. Mereka bilang kau harus takut pada saya, berprasangka pada saya, atau bahkan membenci saya, "kata video satu-menit yang diposting di situs www.myfaithmyvoice.com.

"Tapi sebenarnya saya tidak ingin memaksakan iman saya pada Anda. Saya tidak ingin mengambil alih negara kita tercinta ini. Dan aku tidak mendukung terorisme dalam bentuk apapun. Islam mengajarkan saya untuk menghormati semua orang, meningkatkan masyarakat dan membela keadilan bagi semua. "

"Aku di sini dan telah di sini selama beberapa generasi, menginginkan hal yang sama seperti yang Anda lakukan: kesempatan untuk mengejar kehidupan, kebebasan, perdamaian, dan kebahagiaan. Saya orang Amerika, dan aku seorang Muslim. Ini adalah iman saya, dan ini adalah suara saya. "

Video fitur pria muslim dan wanita dari berbagai ras dan profesi, mengenakan berbagai cara dan berbicara bahasa Inggris, Spanyol dan bahkan bahasa isyarat.

"Sebagai Muslim Amerika kita khawatir tentang hal ini pasang naik sentimen anti-Islam yang kita dengar dari media," ujar Hassan Ahmad, pengacara dan salah satu koordinator dari inisiatif warga, mengatakan dalam konferensi pers di Washington.

Menurut Ahmad, website memungkinkan warga untuk mengirim video pada inisiatif mereka sendiri. Ini berusaha untuk mempromosikan dialog yang bermanfaat untuk membantu Muslim AS membangun jembatan ke Amerika dari agama yang berbeda dan untuk mempromosikan saling pemahaman.

Pekan lalu, Council on American-Islamic Relations (CAIR) meluncurkan manual untuk membantu Muslim AS mengedepankan agama mereka dengan cara yang positif, dan untuk membantu mereka menghadapi kemungkinan insiden di masjid-masjid.

Rencana pembangunan masjid dan Islamic Center dua blok dari Ground Zero telah menjadi "petir" bagi negeri ini dan memicu kekhawatiran tentang intoleransi.

Pekan lalu, salah satu sopir taksi New York yang berasal dari Bangladesh diserang dengan pisau oleh penumpangnya, setelah penyerang menngetahui sang sopir adalah seorang Muslim. Perdebatan makin rumit ketika Presiden AS Barack Obama secara tidak langsung mendukung inisiatif masjid dengan mengatakan bahwa semua agama memiliki hak untuk mengekspresikan diri mereka di Amerika Serikat, sebelum berkata keesokan harinya bahwa ia tidak selalu menganggap omongannya sebagai bentuk dukungan.

PROFIL KETUA KPK

Untuk Bangkit Yang Ada Di Tegal (catatan warteg)

Rasa ini sebenarnya sudah ada beberapa tahun yang lalu, ehm…. Aku sering bertanya dalam hati, kenapa ya, warteg yang ada di depan kampus kalau bulan ramdhan hanya tertutup kain, semantara orang tetap bisa keluar masuk di waktu siang hari.
Sekarangpun pertanyaan itu terus ada, hingga kini berubah pertanyaannya menjadi, dimana ya, warteg yang tutup dibulan ramadhan. Soalnya sudah muter-muter dibeberapa tempat, kondisinya sama.
Silakan dijawab……

Trus hati ini berkata, kan memang puasa hanya untk orang-orang yang beriman ya, nahkan ada yang berpuasa hanya mendapat lapar dan dahaga cekk..cek….

Menuju Somogede…..

Alhamdulillah, akhirnya setelah sekian lama menikmati jalan rusak, yang teman-teman dulu setikar 3 tahun yang lalu mengatakan “iki si dudu dalan, tapi kali sing ra maetu bnyune”.
Jalan desaku diaspal pada waktu aku kelas 5 SD, sekitar 14 tahun yang lalu. Padahal jalan adalh jalan utama satu-satunya di desa. Sehingga dapat dibayngakan kondisinya sekarang.
Tetapi alhmadillah, pas pulang kemarin, terpampang plang pembangunan jalan ini. Yang insyaAllah akan selesai bulan oktober.

Zakat Fitrah

Ketentuan :

1. Besarnya zakat fitrah adalah 2.5 kg
Atau menurut Abu Hanifah, boleh membayarkan sesuai dengan harga makanan pokok
2. Orang yang wajib membayar zakat fitrah
Semua muslim tanpa membedakan laki-laki dan perempuan, bayi, anak-anak dan dewasa, kaya atau miskin (yang mempunyai makanan pokok lebih dari sehari)
3. Waktu mengeluarkan zakat fitrah :
Boleh diberikan awal bulan Ramadhan, tetapi wajibnya zakat fitrah diberikan menjelang Sholat Idul Fitri atau tenggelamnya matahari di akhir bulan Ramadhan

Tips Mudik Aman Dan Nyaman Dengan Angkutan Umum

Mudik memang tradisi setiap tahun. Ada sebagian orang yang beranggapan, jika tidak mudik rasanya tidak enak. Karena rasa tidak enak itulah yang akhirnya memunculkan paradigma pada setiap orang, kalau pulang kampung adalah sebuah kewajiban. Orang kaya ataupun orang miskin jika waktunya mudik tiba semuanya ikut andil. Yang mempunyai kendaraan pribadi mungkin agak lebih santai dalam menyiapkan semuanya. Tapi bagaimana jika anda tidak memiliki kendaraan, apakah acara mudik juga gagal dilaksanakan?

Jangan takut untuk tidak bisa mudik, anda tetap bisa mudikdengan aman walaupun dengan menggunakan kendaraan umum. Bis contohnya. Bagaimana agar acara mudik anda dapat berjalan dengan lancar walupun hanya dengan menggunakan angkutan umum, dalam hal ini bis kota?

Jangan jadikan puasa sebagai penghalang mudik anda.
~ Jika anda berpuasa, jangan jadikan puasa anda menjadi penghalang dalam bertemu dengan sanak saudara. Untuk itu, coba cek kondisi tubuh anda apakah dalam keadaan fit atau tidak? Jika dirasa tubuh anda tidak nyaman, jangan memaksakan diri untuk pulang, Karena itu secara tidak langsung akan mengancam keselamatan anda. Kita tau akan kerawanan hipnotis belakangan ini, bahya hipnotis dapat menyerang orang-orang yang banyak melamun. Dan orang yang merasa tidak enak badan, akan cenderung lebih banyak melamun daripada dalam keadaan sadar. Untuk itu anda harus menyiapkan kondisi tubuh yang bugar juah-jauh hari sebelum waktu mudik anda.

Bawalah uang secukupnya saja.
~ Jangan membawa uang terlalu banyak. Bawa uang secukupnya saja, siapkan uang anda dalam ATM dan letakkan ATM anda dalam tempat yang berbeda, jangan letakkan ATM tersebut dalam dompet. Tips ini untuk mengantisipasi bahaya copet yang marak terjadi akhir-akhir ini. Jika anda kecopetan, ATM anda tidak ikut hilang bersamaan dengan hilangnya dompet anda bukan? Prepare kebutuhan dan merencanakan kejadian-kejadian selama anda mudik cukup membantu anda untuk menyediakan uang secukupnya. Selain itu, jangan simpan dompet anda dalam saku celana, simpan dompet dalam tas saja.(saat ini ATM cukup banyak tersedia dimana-mana, bahkan sampai ke beberapa desa pun ATM dapat jelas terlihat)

Perhatikan perhiasan yang anda pakai.
~ Jangan memancing para pencopet dengan menggunakan perhiasan yang sangat mencolok. Apalagi anda wanita dan mudik sendirian. Hal ini akan mengundang pelaku kejahatan untuk melancarkan aksinya. Tidak ada salahnya juga untuk belajar bela diri, selain untuk menyelamatkan diri anda. Anda juga dapat menyelamatkan orang lain jika sewaktu-waktu anda melihat aksi kejahatan.

Pelajari berbagai modus kejahatan
~ Mempelajari berbagai modus kejahatan yang marak terjadi belakangan ini, hal ini pastinya akan cukup membantu anda untuk lebih waspada dalam kendaraan umum.

Sediakan obat secukupnya.
~ Anda adalah orang yang mudah sakit, pusing misalnya. Coba siapkan obat-obatan yang cocok untuk anda dan letakkan tak jauh dari dalam tas, fungsinya, jika sewaktu-waktu anda butuh. Anda dapat dengan mudah menjangkaunya. Dan usahakan jangan memilih obat yang dosisnya dapat membuat anda mengantuk sepanjang perjalanan.

Mudik di awal waktu.
~ Tidak ada salahnya mudik di awal waktu untuk menghindari desak-desakan antar penumpang yang lainnya. Carilah kondisi aman disaat mobil-mobil belum terlalu ramai terisi.

Pilih yang memakai asuransi.
~ Cari Travel yang menyediakan asuransi bagi penggunanya. Asuransi sangat bermanfaat jika sewaktu-waktu terjadihal-hal yang tidak diinginkan.

Bawa barang seadanya saja.
~ Bawa barang seadanya. Jangan membawa barang yang anda sendiri tidak sanggup membawanya, hal ini pasti akan menyulitkan anda selama diperjalanan. Mengurutkan barang/muatan berdasarkan tingkat kebutuhan akan sangat memudahkan anda selama diperjalanan. Dan letakkan barang-barang kebutuhan anda pada posisi atau tempat yang paling mudah dikelurkan agar tidak perlu membongkar ulang setiap kali anda membutuhkan sesuatu. Sangat mengefisienkan waktu yang anda punya bukan?

Nomor telepon penting.
~ Catat beberapa nomor telepon penting. Jika sewaktu-waktu di jalan anda mengalami kendala, tidak ada salahnya mengantongi , nomor telpon polisi, Jas marga, atau info tol.

Teman selama perjalanan anda.
~ Perjalanan yang panjang akan membuat anda sangat suntuk di jalan, apalagi jika anda mudik seorang diri. Ingin mengajak orang lain bicara, mungkin anda agak sedikit segan. Tidak ada salahnya untuk mambawa buku bacaan untuk menemani perjalanan mudik anda. Selain itu jika anda gemar mendengarkan musik melalui HP usahakan membawa beberapa baterai cadangan, agar jika sewaktu-waktu baterai anda habis, anda tidak perlu pusing jika ingin menggantinya. Selain itu tidak ada salahnya untuk membawa Mp3 player, jika anda tidak ingin batere handphone yang anda punya habis sia-sia.Kapasitas dalam MP3 tentunya lebih banyak diandingkan anda menyimpannya dalam Handphone.

Tinggalkan pesan pada orang-orang disekitar anda.
~ Sebelum anda mudik, ada baiknya anda menitipkan pesan pada orang yang dapat anda percayai. Jangan menitipkan kunci rumah pada orang yang tidak amanah. Anda dapat menitipkan kunci tersebut pada petugas RT atau petugas keamanan yang sering berjaga-jaga di komplek perumahan anda. Selain itu mintalah pada petugas tersebut untuk menyalakan lampu rumah pada jam-jam tertentu, jangan sampai rumah anda terlihat tak berpenghuni karena ditinggalkan pemiliknya.
Semoga tips-tips di atas bisa bermanfaat bagi Anda. Selamat Mudik!

Senin, 30 Agustus 2010

I’tikaf

Oleh: Mochamad Bugi
www.dakwatuna.com

I’tikaf, secara bahasa, berarti tinggal di suatu tempat untuk melakukan sesuatu yang baik. Jadi, i’tikaf adalah tinggal atau menetap di dalam masjid dengan niat beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Beri’tikaf bisa dilakukan kapan saja. Namun, Rasulullah saw. sangat menganjurkan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Inilah waktu yang baik bagi kita untuk bermuhasabah dan taqarub secara penuh kepada Allah swt. guna mengingat kembali tujuan diciptakannya kita sebagai manusia. “Sesungguhnya tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu,” begitu firman Allah di QS. Az-Zariyat (51): 56.

Para ulama sepakat bahwa i’tikaf, khususnya 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, adalah ibadah yang disunnahkan oleh Rasulullah saw. Beliau sendiri melakukanya 10 hari penuh di bulan Ramadhan. Aisyah, Umar bin Khattab, dan Anas bin Malik menegaskan hal itu, “Adalah Rasulullah saw. beri’tikaf pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Bahkan, pada tahun wafatnya Rasulullah saw. beri’tikaf selama 20 hari. Para sahabat, bahkan istri-istri Rasulullah saw., selalu melaksanakan ibadah ini. Sehingga Imam Ahmad berkata, “Sepengetahuan saya tak seorang ulama pun mengatakan i’tikaf bukan sunnah.”

“I’tikaf disyariatkan dengan tujuan agar hati beri’tikaf dan bersimpuh di hadapan Allah, berkhalwat dengan-Nya, serta memutuskan hubungan sementara dengan sesama makhluk dan berkonsentrasi sepenuhnya kepada Allah,” begitu kata Ibnu Qayyim.

Itulah urgensi i’tikaf. Ruh kita memerlukan waktu berhenti sejenak untuk disucikan. Hati kita butuh waktu khusus untuk bisa berkonsentrasi secara penuh beribadah dan bertaqarub kepada Allah saw. Kita perlu menjauh dari rutinitas kehidupan dunia untuk mendekatkan diri seutuhnya kepada Allah saw., bermunajat dalam doa dan istighfar serta membulatkan iltizam dengan syariat sehingga ketika kembali beraktivitas sehari-hari kita menjadi manusia baru yang lebih bernilai.

I’tikaf yang disyariatkan ada dua macam, yaitu:

1. I’tikaf sunnah, yaitu i’tikaf yang dilakukan secara sukarela semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Alah. Contohnya i’tikaf 10 hari di akhir bulan Ramadhan.

2. I’tikaf wajib, yaitu i’tikaf yang didahului oleh nadzar. Seseorang yang berjanji, “Jika Allah swt. menakdirkan saya mendapat proyek itu, saya akan i’tikaf di masjid 3 hari,” maka i’tikaf-nya menjadi wajib.

Karena itu, berapa lama waktu beri’tikaf, ya tergantung macam i’tikafnya. Jika i’tikaf wajib, ya sebanyak waktu yang diperjanjikan. Sedangkan untuk i’tikaf sunnah, tidak ada batas waktu tertentu. Kapan saja. Bisa malam, bisa siang. Bisa lama, bisa sebentar. Seminimal-minimalnya adalah sekejab. Menurut mazhab Hanafi, sekejab tanpa batas waktu tertentu, sekedar berdiam diri dengan niat. Menurut mazhab Syafi’i, sesaat, sejenak berdiam diri. Dan menurut mazhab Hambali, satu jam saja. Tetapi i’tikaf di bulan Ramadhan yang dicontohkan Rasulullah saw. adalah selama 10 hari penuh di 10 hari terakhir.

Syarat dan Rukun I’tikaf

Ada tiga syarat orang yang beri’tikaf, yaitu muslim, berakal, dan suci dari janabah, haid dan nifas. Artinya, i’tikaf tidak sah jika dilakukan oleh orang kafir, anak yang belum bisa membedakan (mumayiz), orang yang junub, wanita haid dan nifas.

Sedangkan rukunya ada dua, yaitu, pertama, niat yang ikhlas. Sebab, semua amal sangat tergantung pada niatnya. Kedua, berdiam di masjid. Dalilnya QS. Al-Baqarah (2): 187, “Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu sedang kamu beri’tikaf di masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada manusia supaya mereka bertakwa.”

Masjid yang mana? Imam Malik membolehkan i’tikaf di setiap masjid. Sedangkan Imam Hanbali membatasi hanya di masjid yang dipakai untuk shalat berjama’ah atau shalat jum’at. Alasannya, ini agar orang yang beri’tikaf bisa selalu shalat berjama’ah dan tidak perlu meninggalkan tempat i’tikaf menuju ke masjid lain untuk shalat berjama’ah atau shalat jum’at. Pendapat ini diperkuat oleh ulama dari kalangan Syafi’i. Alasannya, Rasulullah saw. beri’tikaf di masjid jami’. Bahkan kalau kita punya rezeki, lebih utama kita melakukannya di Masjid Haram, Masjid Nabawi, atau di Masjid Aqsha.

Rasulullah memulai i’tikaf dengan masuk ke masjid sebelum matahari terbenam memasuki malam ke-21. Ini sesuai dengan sabdanya, “Barangsiapa yang ingin i’tikaf denganku, hendaklah ia i’tikaf pada 10 hari terakhir.”

I’tikaf selesai setelah matahari terbenam di hari terakhir bulan Ramadhan. Tetapi, beberapa kalangan ulama lebih menyukai menunggu hingga dilaksanakannya shalat Ied.

Ketika Anda i’tikaf, ada hal-hal sunnah yang bisa Anda laksanakan. Perbanyaklah ibadah dan taqarub kepada Allah. Misalnya, shalat sunnah, tilawah, bertasbih, tahmid, dan tahlil. Beristighfar yang banyak, bershalawat kepada Rasulullah saw., dan berdoa. Sampai-sampai Imam Malik meninggalkan aktivitas ilmiahnya. Beliau memprioritaskan menunaikan ibadah mahdhah dalam i’tikafnya.

Meski begitu, orang yang beri’tikaf bukan berarti tidak boleh melakukan aktivitas keduniaan. Rasulullah saw. pernah keluar dari tempat i’tikaf karena mengantar istrinya, Shafiyah, ke suatu tempat. Orang yang beri’tikaf juga boleh keluar masjid untuk keperluan yang diperlukan seperti buang hajat, makan, minum, dan semua kegiatan yang tidak mungkin dilakukan di dalam masjid. Tapi setelah selesai urutan itu, segera kembali ke masjid. Orang yang beri’tikaf juga boleh menyisir, bercukur, memotong kuku, membersihkan diri dari kotoran dan bau. Bahkan, membersihkan masjid. Masjid harus dijaga kebersihan dan kesuciannya ketika orang-orang yang beri’tikaf makan, minum, dan tidur di masjid.

I’tikaf dikatakan batal jika orang yang beri’tikaf meninggalkan masjid dengan sengaja tanpa keperluan, meski sebentar. Sebab, ia telah mengabaikan satu rukun, yaitu berdiam di masjid. Atau, orang yang beri’tikaf murtad, hilang akal karena gila atau mabuk. I’tikaf juga batal jika wanita yang beri’tikaf haid atau nifas. I’tikaf juga batal kalau yang melakukannya berjima’ dengan istrinya. Begitu juga kalau ia pergi shalat Jum’at ke masjid lain karena tempatnya beri’tikaf tidak dipakai untuk melaksanakan shalat jum’at.

I’tikaf bagi muslimah

I’tikaf disunnahkan bagi pria, begitu juga wanita. Tapi, bagi wanita ada syarat tambahan selain syarat-syarat secara umum di atas, yaitu, pertama, harus mendapat izin suami atau orang tua. Apabila izin telah dikeluarkan, tidak boleh ditarik lagi.

Kedua, tempat dan pelaksanaan i’tikaf wanita sesuai dengan tujuan syariah. Para ulama berbeda pendapat tentang masjid untuk i’tikaf kaum wanita. Tapi, sebagian menganggap afdhal jika wanita beri’tikaf di masjid tempat shalat di rumahnya. Tapi, jika ia akan mendapat manfaat yang banyak dengan i’tikaf di masjid, ya tidak masalah.

Terakhir, agar i’tikaf kita berhasil memperkokoh keislaman dan ketakwaan kita, tidak ada salahnya jika dalam beri’tikaf kita dibimbing oleh orang-orang yang ahli dan mampu mengarahkan kita dalam membersihkan diri dari dosa dan cela.

Contoh Agenda I’tikaf

Magrib: ifthar dan shalat magrib

Isya: Shalat Isya dan tarawih berjamaah, ceramah tarawih, tadarus Al-Qur’an, dan kajian akhlak. Tidur hingga jam 02.00. Qiyamullail, muhasabah, dzikir, dan doa. Sahur.

Subuh: shalat Subuh, dzikir dengan bacaan-bacaan yang ma’tsur (al-ma’tsurat), tadarus Al-Qur’an.

Pagi: istirahat, mandi, cuci, dan melaksanakan hajat yang lain.

Dhuha: shalat Dhuha, tadzkiyatun nafs, dan kuliah dhuha.

Zhuhur: shalat Zhuhur, kuliah zhuhur, dan tahsin tilawah.

Ashar: shalat Ashar dan kuliah ashar, dzikir dengan bacaan-bacaa yang ma’tsur (al-ma’tsurat).

Om Dion dan Konservasinya


Sekarang sedang rame-ramenya di Unnes membicarakan tentang keputusan Rektor no 14 tahun 2010, yaitu tentang penggunaan seragam bagi mahasiswa baru pada saat perkuliahan. Ada pro dan kontra tentang keputusan Rektor tersebut, dengan berbagai macam wacana. Untuk lebih lengkapnya silakan baca media-media yang ada di Unnes baru-baru ini. Karena saya tidak akan membahas tentang kebijakan tersebut, tetapi coba kita kaji tentang pola pikir orang nomor satu di Unnes ini.

Kita ingat kembali bagaimana rumusan konservasi muncul (dilihat dari pandangan subjektif penulis), isu konservasi digulirkan om Dion menjelang kepemimpinan beliau hampir berkahir diperiode pertama kemarin. Isu ini baru muncul setelah beliau beberapa kali menggulirkan isu tentang arah kebijakan kampus ini, diantaranya jargon Sutera diawal kepemimpinan beliau, kampus bertaraf internasional, sampai green religious campus. Walaupun sebenarnya dari isu-isu ini bisa saling dikaitkan, tetapi kita secara jelas di perlihatkan bagaimana isu itu berubah secara bahasa luar.

Dari sini kita bisa ambil pelajaran, ternyata butuh waktu yang cukup lama dalam menentukan arah kebijakan sebuah lembaga, sekapasitas om Dion, tentunya dengan team beliau, baru dapat menemukan pijakan yang paling tepat untuk saat ini, membutuhkan waktu hampir empat tahun.

Kemudian saya berpikir, bagaimana dengan lembaga kemahsiswaan yang setiap tahunnya terjadi pergantian kepengurusan? Tentunya hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi dinamika mahasiswa dalam mengawal kebijakn-kebijakan birokrat kampus. Sehingga, sebagai mahasiswa yang merupakan bagian dari kampus, terutamanya aktifis, harus banyak-banyak memforsir pemikiran meraka untuk mampu mengimbangi kebijkan dari birokrasinya. Membutuhkan modal mental yang tangguh, serta disesuaikan dengan pemikiran inofatif berbalut polotisasi kampus.

Kembali ke konsep konservasi om Dion.
Awal kebijakan ini muncul, tidaklah semulus yang kita lihat sekarang. Pro dan kontrapun terjadi. Tetapi, sekarang kita bisa melihat, siapa yang berani “melawan” konservasi? Semua terdiam seolah mengatakan, salam konservasi.

Ini menunjukan bagaimana komitmennya om Dion dalam melangkahkan kakinya menjalani kebijakan yang beliau yakini kebenarannya. Walaupun anjing menggong, kafilah tetap berlalu, mungkin inilah peribahasa yang pas pada saat ini. Karakter kepimimpinan sepertilah yang menjadi ajang kesuksesan beliau menjadi orang nomor satu untuk kedua kalinya.

Nah, sekarang kita uji om Dion dengan kebijakan barunya ini. Mampukah seragam bertahan hingga akhir kepemimpinan beliau, sehingga ketika perpisahan nantinya banyakk yang berpikir, “andai Rektor boleh menjadi pemimpin seumur hidup”.
Hanya waktu yang akan menjawabnya….
Selamat berkarnya Prof. DR. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si

Minggu, 29 Agustus 2010

Simaan Santri SPA Rijalul Qur'an


Hamas, santri SPA Rijalul Qur'an, simaan di bulan ramadhan di masjid Malon Gunungpati. Santri yang berusia 11 tahun ini mampu menghafal juz 30 dengan lancar, hanya terdengar sekitar 5 kali kesalahan. subhanallah, sejuk rasane..


Ketika simaan berakhir, warga yang menyimak memberi dua mangkok kolak, ehmmm....
kemuadian beberapa dari mereka memberi "bekal" kepada Hamas.
Ternyata memang masyarakat kita mempunyai empati yang cukup tinggi terhadap nilai-nilai islam, tinggal bagaimana kita mampu membahasakan sebagus mungkin kepada mereka.
Mari Bekerja Untuk Indonesia

Sabtu, 28 Agustus 2010

Kokteil Jukung


bahan-bahan:
- 250 g kedelai rebus
- 750 ml santan sedang
- 200 g gula pasir
- seujung sendok teh garam (secukupnya aja)
- 250 ml brem (tambahan)
- Es gepuk secukupnya

Membuatnya:
-kedelai rebus dicampur dengan santan,dimasukan dalam blender untuk dihaluskan.
- Didihkan campuran kedelai bersama gula pasir dan garam.saring dan dinginkan,tambahkan brem bali.
- Sajikan dengan Es gepuk secukupnya
- cukup untuk 10 porsi.

Mie Ongklok (kuliner Wanasaba)

Dari namanya bisa ditebak. Ini makanan dari mie. Namun mie yang satu ini sangat khas dan asli Wonosobo. Cara penyajiannya mirip dengan mie ayam. Bedanya, kalau mie ayam aromanya adalah ayam, sedang mie ongklok aromanya adalah udang kering/ebi.
Mie ongklok dibuat dari dari mie, kol/kubis, cabe, daun kucai dan kuah bumbu kental pedas. Ada juga yang ditambah tahu bacem atau tempe kemul. Disajikan panas-panas.
Sekarang ini, mie ongklok banyak ditemani dengan sate. Sebenarnya, itu makanan yang berbeda. Artinya, anda boleh saja membeli mie ongklok tanpa sate. Sebab memang aneh, mie ongklok sebagai hidangan utama harganya lebih murah dibanding pelengkapnya, yaitu sate. Semangkok mie ongklok kira-kira harganya Rp. 3.500,- atau Rp. 4.000,- . Sedangkan satenya, satu porsi jelas lebih dari Rp. 3.500,-. Bagi yang tidak suka sate, biasanya membeli beberapa porsi mie ongklok dan satenya hanya satu atau dua porsi, atau tidak usah pakai sate sama sekali. Penjual yang baik biasanya bertanya, mau dengan sate apa tidak.
Pertama kali makan mie ongklok orang biasanya masih heran. Sebab makanan ini kuahnya seperti lem kental. Namun kali yang berikutnya biasanya suka. Banyak juga keluarga yang baru ada tamu atau saudara dari luar kota, rame-rame makan mie ongklok, sebagi sajian khas.
Penjual mie ongklok ada yang mangkal atau permanen dan ada pula yang didorong. Seperti penjual mie ayam. Makanan ini biasanya siap dijual kira-kira mulai jam 09.00 sampai malam. Jadi kalau anda mencari mie ongklok dibawah jam 09.00, biasanya masih jarang atau belum siap.
Sebenarnya banyak yang menjual mie ongklok. Namun ada diantaranya yang sudah terkenal. Salah satunya adalah Pak Muhadi di Jl. A Yani, sebelah utara terminal lama. Di Kauman, Longkrang dan seputar Rita Pasaraya juga ada. kemudian, untuk yang dorongan, banyak dijumpai di kampung atau perumahan di siang hari menjelang sore.

http://wonosobokab.go.id

Jumat, 27 Agustus 2010

Bahagia saat akan berakhir bulan Ramadhan

Oleh: Abu Ahmad
www.al-ikhwan.net
Kadang tidak terasa bulan Ramadhan sudah berada di akhir perjalanannya, hari-hari yang indah akan berlalu, waktu-waktu yang penuh berkah akan berakhir, tentunya seorang muslim patut berbahagia mampu melaksanakan ibadah Ramadhan hingga di penghujung terakhir.
Sebelumnya seorang muslim bergembira dengan datangnya Ramadhan. Mengawali indahnya sahur dan buka pertama pada hari pertama bulan Ramadhan. Mengenang begitu nikmatnya berbuka puasa, menunaikan shalat tarawih berjamaah, tilawah Al-Qur’an, shalat berjamaah di setiap shalat wajib, mendengarkan ta’lim, bersedekah dan membayar zakat,  beri’tikaf, bermunajat, dan amalan-amalan baik lainnya, tidak terasa sudah berada dipenghujung bulan Ramadhan.
Walaupun –tidak dapat dipungkiri- dengan berakhirnya bulan Ramadhan banyak perasaan yang muncul di hati yang bercampur menjadi satu; ada kecemasan dan rasa sedih serta duka manakala menyadari bahwa bulan yang penuh dengan kebaikan dan pahala akan berakhir, apalagi ada perasaan takut, cemas dan khawatir jika usia tidak sampai pada Ramadhan berikutnya; begitu pula ada rasa bahagia, senang dan gembira, manakala telah berhasil menjalankan ibadah Ramadhan dengan sebaik-baiknya, dan berharap berakhir dengan mendapatkan derajat yang paling mulia disisi Allah yaitu taqwa. Allahumma amin.
Dan mungkin yang paling tepat untuk kita baca adalah
اللهم تقبل منا صيامنا وقيامنا وركوعنا وسجودنا وتخشعنا وتصرعنا  وتلاوتنا وتصدثنا وتمم تقصيرنا برحمتك يا أرحم الراحمين
“Ya Allah terimalah puasa kami, qiyam kami, ruku’ kami, sujud kami, kekhusyuan kami, ibadah kami, tilawah kami, sedekah kami dan sempurnakanlah segala kekurangan kami wahai Zat yang Maha Kasih dari yang mengasihi”.
Dan juga membaca doa sebagaimana yang nabi ajarkan
اللهم بلغنا رمضان
“Ya Sampaikanlah kami pada bulan ramadhan”
Dan guna menjaga nilai-nilai taqwa dan memelihara kesan baik pada bulan Ramadhan  setelah menyelesaikan puasa di bulan Ramadhan, maka nilai-nilai positif dari puasa dan amalan-amalan lainnya harus tetap dipertahankan; menjaga shalat wajib secara berjamaah, senantiasa tilawah Al-Qur’an, qiyamulail, sedekah, dan memupuk solidaritas dan kepedulian serta memelihara nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah puasa; sikap rendah diri, pemaaf, ikhlas, dan lain sebagainya.
Berbagai kebahagiaan berakhirnya bulan Ramadhan
Setelah sebulan penuh menunaikan ibadah dan amaliyah pada bulan Ramadhan; maka ada beberapa kebahagiaan yang insya Allah dapat kita rasakan;
1. Bahagia telah berhasil dengan sempurna melaksanakan dan menunaikan ibadah dan amaliyah pada bulan Ramadhan.
Seperti harapan kita yang dimohonkan pada awal memasuki bulan rajab; “Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan”. Telah terkabul.
Dan harus kita akui bahwa berhasilnya menunaikan segala aktivitas dan amaliyah bulan Ramadhan, dengan kondisi iman yang mantap, fisik yang kuat, dan mental yang sehat merupakan anugerah yang tidak terhingga, sehingga mampu melaksanakan perintah puasa dengan khidmat. Ali bin Abu Thalib pernah berkata: “Sehat jasmani adalah anugerah yang paling indah”
Melalui aktivitas dan amaliyah ibadah di bulan Ramadhan, kita diberi bonus pahala berlipat dan kesempatan untuk melebur dosa-dosa yang pernah dilakukan. Seperti yang telah dijanjikan oleh Rasulullah saw bahwa Ramadhan adalah bulan penuh ampunan.
2. Bahagia dapat menumbuhkan kepedulian terhadap sesama
Kebahagiaan  kedua yang dapat kita rasakan pada saat berakhirnya bulan Ramadhan adalah karena kita telah mampu menunaikan kewajiban zakat; terutama zakat fitrah. Sebuah ibadah yang tidak lain sebagai bentuk penyucian diri setiap muslim sekaligus sebagai penyempurna puasa Ramadhan, dan memunculkan sikap kepedulian terhadap sesama.
Bahwa diantara tujuan dan hikmah diwajibkannya ibadah zakat selain mengupayakan kesucian diri, keberkahan harta benda yang dimilikinya, juga dapat menghilangkan sifat kikir, menampakkan kepedulian dan tolong menolong antar sesama, sehingga tidak ada kesenjangan yang jauh antara orang kaya dan miskin.
Selain menunaikan zakat yang menjadi kewajiban, kita juga dianjurkan untuk melaksanakan ifthar jama’i (berbuka bersama) walaupun dengan memberikan seteguk air putih; dengan mengajak taman, saudara (dekat dan jauh), tetangga, dan terutama fakir miskin untuk berbuka atau memberikan makan untuk berbuka, sehingga dengan demikian mendapatkan pahala dari orang yang berpuasa tanpa dikurangi pahala puasa orang tersebut.
3. Bahagia dapat menjalin hidup berjamaah; baik shalat, ifthar, mengikuti ta’lim dan lain sebagainya.
Bahwa diantara misi puasa yang Allah SWT turunkan kepada umat Islam adalah bagaimana dapat menjalin kerja sama yang baik dan taqwa, merasakan indahnya hidup berjamaah, indahnya hidup saling berbagi, nikmatnya hidup yang penuh dengan ilmu. Kesemua itu dapat kita rasakan pada bulan ramadhan, terdapat tarbiyah itjima’iyah dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Jika ini dapat kita pertahankan maka kehidupan umat Islam akan baik dan penuh dengan keharmonisan. Maka kelak Allah akan berkenan menjadikan hidup ini penuh dengan keberkahan dan kebaikan. Menjadi negeri yang
بلدة طيبة ورب غفور
“Negeri yang baik dan Tuhan yang Maha Pengampun”
4. Bahagia dapat menggapai malam seribu bulan
5. Bahagia dapat melakukan silaturahim
Rasulullah saw bersabda:
من سره أن يبسط له في رزقه وأن بنشأ له في أثره فليصل رحمه
“Barangsiapa yang ingin dimudahkan rezkinya dan dipanjangkan usianya maka sambunglah tali persaudaraan” (Bukhari dan Muslim).
Tradisi “halal bi halal” yang ada pada setiap hari raya iedul fitri adalah kesempatan yang baik untuk menyambung tali silaturrahim. Yang tentunya silaturrahim dalam maknanya yang luas, yaitu saling memaafkan atas segala kesalahan yang pernah dilakukan, saling mempererat hubungan persaudaraan atas dasar keimanan dan kebangsaan, bukan hanya sebatas persaudaraan atas dasar kekerabatan dan hubungan nasab keturunan. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam al Qur’an:
إنما المؤمنون إخوة فأصلحوا بين أخويكم
“Sesungguhnya hanyalah orang-orang mukmin sajalah yang bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu” (Al Hujurat: 10)
6. Bahagia dapat menggapai derajat taqwa
Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (Al-Baqarah:183)

Khutbah Idul Fitri 1431 H: Mewujudkan Hakikat Taqwa

Oleh: Drs. Ahmad Yani

Kirim Print
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Ilustrasi (flickr.com - Marie Kettani)
dakwatuna.com – Ramadhan yang telah kita akhiri memberikan kebahagiaan tersendiri bagi kita, hal ini karena ibadah Ramadhan yang salah satunya adalah berpuasa memberikan nilai pembinaan yang sangat dalam, yakni mengokohkan dan memantapkan ketaqwaan kita kepada Allah swt, sesuatu yang amat kita butuhkan dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Agar pencapaian peningkatan taqwa bisa kita raih dan dapat kita buktikan dalam kehidupan sehari-hari, menjadi penting bagi kita memahami hakikat taqwa yang sesungguhnya. Dalam bukunya Ahlur Rahmah, Syekh Thaha Abdullah al Afifi mengutip ungkapan sahabat Nabi Muhammad saw yakni Ali bin Abi Thalib ra tentang taqwa, yaitu:
الْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ وَاْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ وَالرِّضَا بِالْقَلِيْلِ
Takut kepada Allah yang Maha Mulia, mengamalkan apa yang termuat dalam at tanzil (Al-Qur’an), mempersiapkan diri untuk hari meninggalkan dunia dan ridha (puas) dengan hidup seadanya (sedikit)
Dari ungkapan di atas, ada empat hakikat taqwa yang harus ada pada diri kita masing-masing dan ini bisa menjadi tolok ukur keberhasilan ibadah Ramadhan kita.
Pertama, Takut Kepada Allah. Salah satu sikap yang harus kita miliki adalah rasa takut kepada Allah swt. Takut kepada Allah bukanlah seperti kita takut kepada binatang buas yang menyebabkan kita harus menjauhinya, tapi takut kepada Allah swt adalah takut kepada murka, siksa dan azab-Nya sehingga hal-hal yang bisa mendatangkan murka, siksa dan azab Allah swt harus kita jauhi. Sedangkan Allah swt sendiri harus kita dekati, inilah yang disebut dengan taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah).
Karena itu, orang yang takut kepada Allah swt tidak akan melakukan penyimpangan dari segala ketentuan-Nya. Namun sebagai manusia biasa mungkin saja seseorang melakukan kesalahan, karenanya bila kesalahan dilakukan, dia segera bertaubat kepada Allah swt dan meminta maaf kepada orang yang dia bersalah kepadanya, bahkan bila ada hak orang lain yang diambilnya, maka dia mau mengembalikannya. Yang lebih hebat lagi, bila kesalahan yang dilakukan ada jenis hukumannya, maka iapun bersedia dihukum bahkan meminta dihukum sehingga ia tidak menghindar dari hukuman. Allah swt berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (QS Ali Imran [3]:133).
Sebagai contoh, pada masa Rasul ada seorang wanita yang berzina dan ia amat menyesalinya, dari perzinahan itu ia hamil dan sesudah taubat iapun datang kepada Rasul untuk minta dihukum, namun Rasul tidak menghukumnya saat itu karena kehamilan yang harus dipelihara. Sesudah melahirkan dan menyusui anaknya, maka wanita itu dihukum sebagaimana hukuman untuk pezina yang menyebabkan kematiannya, saat Rasul menshalatkan jenazahnya, Umar bin Khattab mempersoalkannya karena ia wanita pezina, Rasulullah kemudian menyatakan:
لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ سَبْعِيْنَ مِنْ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ لَوَسِعَتْهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ أَفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا ِللهِ عَزَّ وَجَلَّ
Ia telah bertaubat, suatu taubat yang seandainya dibagi pada tujuh puluh orang penduduk Madinah, niscaya masih cukup. Apakah ada orang yang lebih utama dari seorang yang telah menyerahkan dirinya kepada hukum Allah? (HR. Muslim).
Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya mendidik kita untuk menjadi orang yang takut kepada Allah swt yang membuat kita akan selalu menyesuaikan diri dengan segala ketentuan-ketentuan-Nya. Kalau kita ukur dari sisi ini, kenyataan menunjukkan bahwa banyak sekali orang yang belum bertaqwa karena tidak ada rasa takutnya kepada Allah swt.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Hakikat taqwa yang Kedua kata Ali bin Abi Thalib adalah Beramal Berdasarkan Wahyu. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt untuk menjadi petunjuk bagi manusia agar bisa bertaqwa kepada-Nya. Karena itu, orang yang bertaqwa akan selalu beramal atau melakukan sesuatu berdasarkan wahyu yang diturunkan oleh Allah swt, termasuk wahyu adalah hadits atau sunnah Rasulullah saw karena ucapan dan prilaku Nabi memang didasari oleh wahyu. Dengan kata lain, seseorang disebut bertaqwa bila melaksanakan perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya.
Dalam konteks inilah, menjadi amat penting bagi kita untuk selalu mengkaji al-Quran dan al Hadits, sebab bagaimana mungkin kita akan beramal sesuai dengannya, bila memahaminya saja tidak dan bagaimana pula kita bisa memahami bila membaca dan mengkajinya tidak.
Dalam kehidupan para sahabat, mereka selalu berusaha untuk beramal berdasarkan wahyu, karenanya mereka berusaha mengkajinya kepada Nabi dan para sahabat, bahkan tidak sedikit dari mereka yang suka bertanya. Meskipun mereka suka melakukan sesuatu, tapi bila ternyata wahyu tidak membenarkan mereka melakukannya, maka merekapun berusaha untuk meninggalkannya.
Suatu ketika ada beberapa orang sahabat yang dahulunya beragama Yahudi, mereka ingin sekali bisa melaksanakan lagi ibadah pada hari Sabtu dan menjalankan kitab taurat, tapi turun firman Allah swt yang membuat mereka tidak jadi melakukannya, ayat itu adalah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿٢٠٨﴾
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS Al Baqarah [2]:208).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Ketiga yang merupakan hakikat taqwa menurut Ali bin Abi Thalib ra yang harus kita hasilkan dari ibadah Ramadhan kita adalah Mempersiapkan Diri Untuk Akhirat. Mati merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada setiap orang. Keyakinan kita menunjukkan bahwa mati bukanlah akhir dari segalanya, tapi mati justeru awal dari kehidupan baru, yakni kehidupan akhirat yang enak dan tidaknya sangat tergantung pada keimanan dan amal shaleh seseorang dalam kehidupan di dunia ini. Karena itu, orang yang bertaqwa akan selalu mempersiapkan dirinya dalam kehidupan di dunia ini untuk kebahagiaan kehidupan di akhirat.
Bila kita sudah menyadari kepastian adanya kematian, maka kita tidak akan mensia-siakan kehidupan di dunia yang tidak lama. Kita akan berusaha mengefektifkan perjalanan hidup di dunia ini untuk melakukan sesuatu yang bisa memberikan nilai positif, sebagai apapun kita. Karena itu bila kita tidak efektif dan orang mengkritik kita, harus kita terima kritik itu denga senang hati. Khalifah Umar bin Abdul Aziz salah satu contohnya.
Ketika Umar bin Abdul Aziz telah menerima jabatan sebagai khalifah, dia merasa perlu beristirahat karena kondisi badannya yang sudah amat lelah dan mata yang sudah amat ngantuk, apalagi ia baru saja mengurus keluarganya yang meninggal yakni Khalifah Sulaiman. Baru saja dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan meletakkan kepalanya di atas bantal, tiba-tiba datang Abdul Malik lalu berkata: “Ayah, apa yang akan ayah lakukan sekarang?”.
“Aku ingin istirahat sejenak anakku”, jawab Umar.
“Apakah ayah akan beristirahat, padahal ayah belum mengembalikan harta rakyat yang dirampas secara zalim kepada yang berhak?”.
“Aku akan lakukan semua itu nanti setelah zuhur, semalam aku tidak bisa tidur karena mengurus pamanmu”, jawab Umar.
“Ayah, siapa yang bisa memberi jaminan bahwa ayah akan tetap hidup sampai zuhur nanti?”. Tanya Abdul Malik lagi menghentak.
Mendengar pertanyaan anaknya itu, terbakar rasanya semangat Umar sehingga seperti hilang rasa ngantuk dan lelah yang dialaminya, lalu Umar berkata: “Nak…mendekatlah kepadaku”.
Setelah Abdul Malik mendekat, Umar mencium keningnya lalu berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku anak keturunan yang membantuku dalam agamaku”.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz segera bangkit dari tempat tidurnya dan iapun mengumumkan: “Barangsiapa yang hartanya telah diambil secara zalim, maka hendaklah ia mengangkat permasalahannya”.
Efektifitas waktu hidup yang digunakan membuat Khalifah Umar bin Abdul Aziz sampai kesulitan mencari mustahik karena tingkat kesejahteraan yang tingggi. Harus kita akui banyak diantara kita yang merasa mati masih lama sehingga tidak muncul amal shaleh, baik sebagai pribadi, keluarga, masyarakat maupun organisasi sosial dan politik, keluhan kita adalah tidak punya waktu, kekurangan waktu, karena itu Allah swt mengingatrkan kita semua:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا ﴿١١٠﴾
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (QS Al Kahfi [18]:110).
Manakala seseorang sudah melakukan segala sesuatu sebagai bentuk persiapan untuk kehidupan sesudah kematian, maka orang seperti inilah yang disebut dengan orang yang cerdas, meskipun ia bukan sarjana. Karena itu, Rasulullah saw bersabda:
اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
Orang yang cerdas adalah orang yang menundukkan nafsunya dan beramal bagi kehidupan sesudah mati (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Hakim).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah swt.
Hakikat taqwa yang Keempat menurut Ali bin Abi Thalib adalah Ridha Meskipun Sedikit. Setiap kita pasti ingin mendapat sesuatu khususnya harta dalam jumlah yang banyak sehingga bisa mencukupi diri dan keluarga serta bisa berbagi kepada orang lain. Namun keinginan tidak selalu sejalan dengan kenyataan, ada saat dimana kita mendapatkan banyak, tapi pada saat lain kita mendapatkan sedikit, bahkan sangat sedikit dan tidak cukup. Orang yang bertaqwa selalu ridha dan menerima apa yang diperolehnya meskipun jumlahnya sedikit, inilah yang disebut dengan qana’ah, sedangkan kekurangan dari apa yang diharapkan bisa dicari lagi dengan penuh kesungguhan dan cara yang halal. Korupsi yang menjadi penyakit bangsa kita hingga sekarang adalah karena tidak ada sikap ridha menerima yang menjadi haknya, akibatnya ia masih saja mengambil hak orang lain dan administrasi serta penguatan hokum atas penyimpangan yang dilakukannya bisa diatur, karenanya Allah swt mengingatkan kita semua dalam firman-Nya:
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿١٨٨﴾
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.(QS Al Baqarah [2]:188).
Suatu ketika, Ali bin Abi Thalib baru pulang lebih sore dari biasanya. Isterinya, Fatimah putri Rasulullah menyambut kedatangan suaminya dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa uang lebih banyak karena kebutuhan di rumah makin besar.
Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah, “Aku mohon maaf karena tidak membawa uang sepeserpun.”
Tidak nampak sedikitpun kekecewaan pada wajah Fatimah, bahkan ia tetap tersenyum dan bisa memaklumi keadaan suami yang dicintainya.
Ali amat terharu terhadap isterinya yang begitu tawakkal meskipun ia tidak bisa memasak malam itu karena memang tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak.
Ketika waktu shalat tiba, seperti biasa Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan salat berjama’ah. Sepulang dari shalat, seorang yang sudah tua menghentikan langkahnya menuju rumah. “Maaf anak muda, betulkah engkau Ali, anaknya Abu Thalib?”, tanya orang itu.
“Betul”, jawab Ali heran.
Orang tua itu merogoh kantungnya seraya berkata, “Dulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar ongkosnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah uang ini, sebab engkaulah ahli warisnya.”
Dengan amat gembira Ali mengambil uang itu yang berjumlah 30 dinar. Sesampai di rumah, Ali kemukakan kepada isterinya rizki yang tidak terduga itu. Tentu saja Fatimah sangat gembira ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari. Tanpa berpikir panjang, Ali langsung berangkat menuju pasar.
Ketika hampir tiba ke pasar, Ali melihat seorang fakir menadahkan tangan, “Siapakah yang mau menghutangkan hartanya untuk Allah, bersedekahlah kepadaku, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan.”
Tanpa berpikir panjang lebar, Ali memberikan seluruh uangnya kepada orang itu dan Ali pulang dengan tangan kosong. Tentu saja melihat sang suami pulang tidak bawa apa-apa, Fatimah terheran-heran. Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya dan ini justeru membuat Fatimah begitu terharu terhadap sang suami. Dengan diiringi senyum yang manis, Fatimah berkata: “Apa yang engkau lakukan juga akan aku lakukan seandainya aku yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kepada Allah daripada bersifat bakhil yang dimurkai-Nya.”
Sikap menerima membuat kita bisa bersyukur dan bersyukur membuat kita akan memperoleh rizki dalam jumlah yang lebih banyak, bahkan bila jumlahnya belum juga lebih banyak, rasa syukur membuat kita bisa merasakan sesuatu yang sedikit terasa seperti banyak sehingga yang merasakan manfaatnya tidak hanya kita dan keluarga tapi juga orang lain. Inilah diantara makna yang harus kita tangkap dari firman Allah swt:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ ﴿٧﴾
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim [14]:7).
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa bertaqwa kepada Allah swt memerlukan kesungguhan sehingga kita dituntut untuk bertaqwa dengan sebenar-benarnya. Akhirnya marilah kita sudahi ibadah shalat Id kita dengan berdoa:
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

Jam Raksasa Mekkah Berusaha Kalahkan GMT


Selama lebih dari satu abad, sebuah titik di atas sebuah bukit di tenggara London telah diakui sebagai pusat waktu dunia dan titik awal resmi setiap hari baru. 
 
Namun sekarang supremasi Greenwich Mean Time atau lebih dikenal dengan singkatan GMT sedang ditantang oleh sebuah jam raksasa baru yang dibangun di Mekkah, yang diperkirakan akan menjadi acuan waktu bagi sekitar 1,5 miliar warga Muslim dunia dengan menyesuaikan jam tangan mereka segera. Jam itu mulai berdetak Kamis (12/8/2010), saat umat Islam mengawali puasa selama bulan Ramadhan. 



Telegraph, Rabu (11/8/2010), melaporkan, jam tersebut ditempatkan di atas Mekkah Royal Clock Tower yang mendominasi kota suci Islam itu. Ini adalah jantung dari sebuah kompleks luas yang didanai Pemerintah Arab Saudi, di dalamnya terdapat hotel, pusat perbelanjaan, dan ruang konferensi.

Penampilan menara jam raksasa itu sangat mirip dengan dua Menara St Stephen (St Stephen's Tower), yang merupakan tempat untuk lonceng Big Ben dan Empire State Building. Menara jam Saudi itu memang bertujuan untuk mengalahkan saingannya di Inggris tersebut dalam segala segi.

Jam empat wajah itu berdiameter 151 kaki dan akan diterangi dua juta lampu LED serta dilengkapi tulisan berhuruf Arab ukuran besar yang berbunyi, "Dalam nama Allah". Jam akan berjalan berdasarkan Standar Waktu Arabia (AST), yang tiga jam mendahului GMT. Begitu sebuah puncak berkilauan ditambahkan, berupa bulan sabit untuk melambangkan Islam, tinggi bangunan tersebut akan menjadi hampir 2.000 kaki, yang menjadikannya sebagai bangunan tertinggi kedua di dunia.

Jam Big Ben, sebagai perbandingan, hanya berdiameter 23 kaki, tinggi menaranya hanya 316 kaki. 

Warga Mekkah juga akan diingatkan bahwa sudah waktu untuk berdoa ketika 21.000 lampu hijau dan putih, dapat terlihat dari jarak 18 mil, menyala lima kali sehari.

Para ulama Islam berharap pengaruh jam bisa menjangkau wilayah yang lebih luas, melampaui gurun pasir Arab Saudi, sebagai bagian dari sebuah rencana agar Mekkah dapat meruntuhkan Observatorium Greenwich sebagai "pusat bumi".

Selama 125 tahun terakhir, masyarakat internasional telah menerima bahwa awal setiap hari harus diukur dari meridian utama, yang mewakili bujur 0 derajat, yang melewati Observatorium Greenwich.

Sebuah standar waktu di mana jam-jam lainnya menyesuaikan untuk kebutuhan mengatur perjalanan dan komunikasi global, tetapi dalam dunia Islam, gagasan bahwa itu harus berpusat di London dilihat sebagai anakronisme kolonial.

Seperti Mohammed al-Arkubi, manajer salah satu hotel di kompleks itu, tegaskan, "Menempatkan waktu Mekkah di hadapan Greenwich Mean Time. Itulah tujuannya."

Menurut Yusuf al-Qaradawi, seorang ulama Mesir yang dikenal di seluruh dunia Islam karena acara televisinya yang populer, "Syariah dan Kehidupan", Mekkah memiliki klaim yang lebih besar untuk menjadi meridian utama karena berada "dalam keselarasan sempurna dengan (garis) magnet utara."

Klaim yang menyatakan bahwa kota suci itu merupakan "zona magnet nol" telah meraih dukungan dari sejumlah ilmuwan Arab, seperti Abdel-Baset al-Sayyed dari Pusat Penelitian Nasional Mesir yang mengatakan tidak ada gaya magnet di Mekkah. "Itulah sebabnya jika seseorang melakukan perjalanan ke Mekkah atau tinggal di sana, dia hidup lebih lama, lebih sehat, dan kurang dipengaruhi oleh gravitasi bumi," katanya. "Anda mendapatkan energi."

Namun, ilmuwan Barat telah menentang pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa kutub magnet utara pada kenyataannya berada di garis bujur yang melewati Kanada, Amerika Serikat, Meksiko, dan Antartika.
Sumber: Kompas.com

Kamis, 26 Agustus 2010

Muktamar ROHIS I

umat, 16 mei 2008, momentum kebangkitan menuju unnes kampus religious. Muktamar kerohanian islam I universitas negeri semarang. Bertepatan dengan 100 tahun kebangkitan nasional.
Bertempat di auditorium unnes, ruang terluas dikampus, diiringi nasyid kemenangan dari iltizam semarang. Sambutan ketua UKKI (ehmm..ehmm), sambutan pak rector. Dan talkshow dari ust Habiburrahman dan team film KCB, subhanallah. Tertanam kuat dalam diri untuk, bersatu, menuju kebangkitan Indonesia.

Musyawarah Akbar UKKI 1429 H

.
20 desember 2008, ehmm.. akhirnya bias salaman dengan orang yang pernah punya nomor punggung satu di jawa tengah (he2..), Pak Ali Mufidz, mantan gubernur jateng.
Beliau hadir dalam pemaparan ilmiah tentang masyarakat madani

Panduan Qiyam dan Shalat Tarawih

Oleh: Iman Santoso, Lc
dakwatuna.com – Qiyam Ramadhan dan shalat tarawih hukumnya sangat dianjurkan oleh Rasulullah (sunnah muaqqadah), bahkan beliau tidak pernah meninggalkannya, namun dalam pelaksanaannya seringkali dapat mengganggu ukhuwah Islamiyah yang hukumnya adalah wajib. Hal itu disebabkan oleh beberapa perbedaan yang terkait dengan pelaksanaannya. Panduan ini diharapkan agar umat Islam dapat memahami berbagai aspek dan alasan perbedaannya. Saling memahami dan menghormati dalam melaksanakan qiyam Ramadhan dengan tetap menjaga rasa ukhuwah Islamiyah.
Anjuran Melaksanakan Qiyam dan Tarawih di bulan Ramadhan
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ولُ  ةٍ وَيَقُ  أْمُرَهُمْ بِعَزِيمَ  رِ أَنْ يَ  آَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَغِّبُ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْ
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Dari Abu Hurairah menceritakan, bahwa Nabi SAW sangat menganjurkan qiyam Ramadhan dengan tidak mewajibkannya. Kemudian Nabi SAW bersabda:”Siapa saja yang mendirikan shalat di malam Ramadhan penuh dengan keimanan dan harapan maka ia diampuni dosa-dosa yang telah lampau “(Muttafaq ‘alaihi, lafazh imam Muslim dalam shahihnya: 6/40)
Pemberlakuan Jamaah Shalat Tarawih
Pada awalnya shalat Tarawih dilaksanakan Nabi SAW dengan sebagian sahabat secara berjamaah di masjidnya, namun setelah berjalan tiga malam, Nabi SAW membiarkan para sahabat melakukan Tarawih secara sendiri-sendiri. Hingga suatu kemudian ketika Umar bin Khattab menyaksikan adanya fenomena shalat Tarawih yang terpencar-pencar dalam masjid Nabi SAW, terbesit dalam diri Umar untuk menyatukannya sehingga terbentuklah shalat Tarawih berjamaah yang dipimpin Ubay bin Kaab. Hal itu sebagaimana terekam dalam hadits muttafaq alaihi riwayat ‘Aisyah ( al- Lu’lu’ wal Marjan: 436) Dari sini mayoritas ulama menetapkan sunnahnya pemberlakuan shalat Tarawih secara berjamaah ( lihat syarh Muslim oleh Nawawi : 6/39)
Jumlah Rakaat Tarawih
a. Dalam riwayat Bukhari tidak menyebutkan berapa rakaat Ubay bin Kaab melaksanakan Tarawih. Demikian juga riwayat ‘Aisyah- yang menjelaskan tentang tiga malam Nabi SAW mendirikan tarawih bersama para sahabat- tidak menyebutkan jumlah rakaatnya, sekalipun dalam riwayat ‘Aisyah lainnya ditegaskan tidak adanya pembedaan oleh Nabi SAW tentang jumlah rakaat shalat malam baik di dalam maupun di luar Ramadhan. Namun riwayat ini nampak pada konteks yang lebih umum yaitu shalat malam. Hal itu terlihat pada kecenderungan para ulama yang meletakkan riwayat ini pada bab shalat malam secara umum, misalnya imam Bukhari meletakkannya pada bab shalat tahajjud, imam Malik dalam Muwatha’ pada bab shalat Witir Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam ( lihat Fathul Bari 4/250; Muwatha’ dalam Tanwir Hawalaik: 141).
Hal tersebut memunculkan perbedaan dalam jumlah rakaat Tarawih yang berkisar dari 11, 13, 21, 23, 36, bahkan 39 rakaat.
Akar persoalan ini sesungguhnya kembali pada riwayat-riwayat sbb:
Hadits Aisyah :
مَا آَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ
“Nabi tidak pernah melakukan shalat malam lebih dari 11 rakaat baik di dalam maupun di luar Ramadhan” ( al-Fath : ibid).
b. Imam Malik dalam Muwatha’-nya meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab menyuruh Ubay bin Kaab dan Tamim ad-Dari untuk melaksanakan shalat Tarawih 11 rakaat dengan rakaat-rakaat yang sangat panjang. Namun dalam riwayat Yazid bin ar-Rumman bahwa jumlah rakaat yang didirikan di masa Umar bin Khattab 23 rakaat ( al-Muwatha’ dalam Tanwirul Hawalaik; 138)
c. Imam at-Tirmidzi menyatakan bahwa Umar dan Ali serta sahabat lainnya menjalankan shalat Tarawih sejumlah 20 rakaat (selain witir). Pendapat ini didukung oleh ats-Tsauri, Ibnu Mubarak dan asy-Syafi’i (Lihat Fiqhu Sunnah:1/195)
d. Bahkan di masa Umar bin Abdul Aziz kaum muslimin shalat Tarawih hingga 36 rakaat ditambah Witir tiga rakaat. Hal ini dikomentari imam Malik bahwa masalah tersebut sudah lama menurutnya (al-Fath: ibid ).
e. Imam asy-Syafi’i dari riwayat az-Za’farani mengatakan bahwa ia sempat menyaksikan umat Islam melaksanakan Tarawih di Madinah dengan 39 rakaat, dan di Mekah 33 rakaat, dan menurutnya hal tersebut memang memiliki kelonggaran (al-Fath : ibid)
Dari riwayat di atas jelas akar persoalan dalam jumlah rakaat Tarawih bukanlah persoalan jumlah melainkan kualitas rakaat yang hendak didirikan. Ibnu Hajar berpendapat: “Bahwa perbedaan yang terjadi dalam jumlah rakaat Tarawih muncul dikarenakan panjang dan pendeknya rakaat yang didirikan. Jika dalam mendirikannya dengan rakaat-rakaat yang panjang maka berakibat pada sedikitnya jumlah rakaat dan demikian sebaliknya”.
Hal senada juga diungkapkan oleh Imam Asy-Syafi’i: “Jika shalatnya panjang dan jumlah rakaatnya sedikit itu baik menurutku. Dan jika shalatnya pendek dan jumlah rakaatnya banyak itu juga baik menurutku, sekalipun aku lebih senang pada yang pertama”. Selanjutnya beliau juga menyatakan bahwa orang yang menjalankan tarawih 8 rakaat dengan Witir 3 rakaat dia telah mencontoh Nabi SAW dan yang melaksanakan dengan shalat 23 mereka telah mencontoh Umar RA, sedang yang menjalankan 39 rakaat atau 41 mereka telah mencontoh salafus saleh dari generasi sahabat dan tabiin. Bahkan menurut imam Malik RA hal itu telah berjalan lebih dari ratusan tahun.
Hal yang sama juga diungkapkan imam Ahmad RA bahwa tidak ada pembatasan yang signifikan dalam jumlah rakaat Tarawih melainkan tergantung panjang dan pendeknya rakaat yang didirikan (Lihat Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 4/250 dst)
Jika kita perhatikan dengan cermat maka yang menjadi konsen dalam shalat Tarawih adalah kualitas dalam menjalankannya dan bagaimana shalat tersebut benar-benar menjadi media yang komunikatif antara hamba dan Rabb-Nya lahir dan batin sehingga berimplikasi dalam kehidupan berupa ketenangan dan merasa selalu bersama-Nya di manapun berada.
Cara Melaksanakan Shalat Tarawih
1. Dalam hadits Bukhari riwayat ‘Aisyah menjelaskan bahwa cara Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam menjalankan shalat malam adalah dengan melakukan tiga kali salam masing-masing terdiri empat rakaat yang sangat panjang ditambah 4 rakaat yang panjang pula ditambah rakaat sebagai penutup (Lihat Fathul Bari : Ibid)
2. Bentuk lain yang merupakan penegasan secara qauli dan fi’li juga menunjukkan bahwa shalat malam dapat pula dilakukan dua rakaat-dua rakaat dan ditutup satu rakaat. Ibnu Umar RA menceritakan bahwa seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW tentang cara Rasulullah SAW mendirikan shalat malam beliau menjawab:” shalat malam didirikan dua rakaat dua rakaat jika ia khawatir akan tibanya waktu Subuh maka hendaknya menutup dengan satu rakaat (Mutaffaq alaihi al-Lu’lu’ wal Marjan : 432). Hal ini ditegaskan fi’liyah Nabi SAW dalam hadits Muslim dan Malik RA (lihat Syarh Shahih Muslim 6/ 46-47; Muwatha’ dalam Tanwir: 143-144)
3. Dari sini Ibnu Hajar menegaskan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam terkadang melakukan Witir/ menutup shalatnya dengan satu rakaat dan terkadang menutupnya dengan tiga rakaat. Dengan demikian shalat malam termasuk Tarawih dapat didirikan dengan dua rakaat dua rakaat dan ditutup dengan satu rakaat ataupun empat rakaat empat rakaat dan ditutup dengan 3 rakaat.
Demikian penjelasan seputar shalat Tarawih dalam perspektif Islam semoga Allah SAW memberkahi dan selalu mengaruniakan kesatuan dan persatuan umat melalui ibadah yang mulia ini. (hdn)