REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON--Perundingan damai antara Palestina dengan Israel akhirnya segera digelar kembali. Setelah terhenti selama 20 bulan, perundingan langsung itu akan mulai dilakukan Kamis (2/9) waktu Washington bertempat di Gedung Putih, Amerika Serikat.
Presiden Barack Obama secara bergiliran telah menerima pemimpin dari kedua negara. Sejak Rabu (1/9) pagi, serangkaian sesi pembicaraan telah dimulai sebelum menuju pertemun puncak Kamis itu. Palestina dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas dan Israel oleh Perdana Menteri Banjamin Netanyahu. Para pertemuan puncak nanti, keduanya akan bertemu langsung dengan dimediatori Presiden Obama.
Sebelumnya, berbicara kepada wartawan di pesawatnya saat menuju Washington, Presiden Palestina meminta peran serta aktif Amerika dalam perundingan. Dia berharap Amerika bisa menjembatani perbedaan keinginan yang muncul dalam pembicaraan nanti. Salah satu masalah utama dalam pembicaraan damai itu adalah tuntutan Palestina agar Israel memperpanjang masa pembekuan pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat yang akan berakhir pada 26 September 2010.
Seorang pejabat Palestina mengatakan pembangunan permukiman Israel hanya akan mengakhiri pembicaraan damai. ''Pembangunan pemukiman harus dihentikan,'' tegas juru bicara Palestina, Nabil Abu Rudeina. Dia berbicara setelah Netanyahu mengatakan tidak ada perubahan posisi Israel untuk mengakhiri pembekuan pembangunan pemukiman itu yang telah dilakukan selama 10 bulan.
Abu Redeina mengatakan perundingan damai akan berakhir sia-sia kecuali Israel mau memenuhi tuntutan Palestina tersebut. Sementara, Israel ngotot akan menjadikan Yerusalem sebagai ibukota negaranya yang tak terpisahkan dari Israel. Pejabat di pemerintahan Netanyahu itu mengatakan, ''Posisi Perdana Menteri adalah bahwa Yerusalem adalah salah satu isu utama yang ada di meja perundingan.'' Dia melanjutkan, ''Yerusalem akan tetap menjadi Ibukota Israel yang tak terpisahkan.''
0 komentar:
Posting Komentar