TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memprediksi, jumlah pendatang baru yang memasuki Jakarta pada arus balik Lebaran kali ini sekitar 60 ribu orang. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan tahun lalu yang sebanyak 69.554 orang.
"Prediksi ini berdasarkan tren penurunan jumlah pendatang baru setiap tahunnya," kata Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta, Franky Mangatas Panjaitan, melalui sambungan telepon, kemarin.
Berdasarkan data dinas kependudukan, pendatang baru di Jakarta pada 2007 mencapai 109.617 orang, menurun 11,9 persen atau sebanyak 14.810 orang dibanding tahun 2006. Kemudian pada 2008 mencapai 88.473 orang, menurun 19,29 persen atau sebanyak 21.144 orang. Tahun lalu, sebanyak 69.554 orang, menurun 21,38 persen.
Menurut Franky, penurunan jumlah pendatang baru ini dikarenakan sudah terintegrasinya kerja sama antara pemerintah daerah di luar Jakarta dan Pemprov DKI. Khususnya dalam mensosialisasikan peraturan dan ketentuan administrasi kependudukan yang berlaku di DKI Jakarta.
Kepala Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, Agus Suherman, mengatakan penduduk Jakarta bertambah rata-rata 1,4 persen atau 135 ribu penduduk per tahun. "Model hitungan kami berbeda dengan Dinas Dukcapil, yang mengatakan ada penurunan jumlah pendatang baru setiap tahun," kata Agus.
Menurut dia, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta menggunakan model registrasi, sehingga hanya menghitung penduduk yang terdaftar. "Sedangkan BPS menghitung semua orang yang tinggal di DKI, baik yang memiliki KTP maupun yang tinggal sementara lebih dari enam bulan," ujarnya.
Dari hasil sensus BPS pada Mei lalu, penduduk Jakarta tercatat lebih dari 9,55 juta orang, mengalami kenaikan yang sebelumnya sekitar 8 juta orang pada tahun 2000. "Pertambahan penduduk ini terjadi karena dua hal, yaitu kelahiran dan migrasi," katanya.
Pemantauan pendatang baru, kata Franky, dilaksanakan dengan empat langkah. Pertama, dengan menurunkan petugas di 267 kelurahan yang memantau di daerahnya masing-masing. Kedua, mengawasi daerah yang diindikasikan mengalami lonjakan penduduk yang tinggi.
Ketiga, pelaksanaan uji petik simpati kependudukan di terminal bus dan stasiun kereta api. "Petugas menanyakan KTP dan hendak pulang ke daerah mana kepada warga yang datang. Tidak menangkap pendatang baru tersebut," katanya.
Program ini telah dijalankan sejak tujuh hari sebelum Lebaran di stasiun kereta api dan terminal bus dan dilanjutkan sampai seminggu setelah Lebaran.
Langkah finalnya adalah Operasi Yustisi Kependudukan (OYK) akan dilakukan serentak di lima wilayah DKI Jakarta. "Tujuannya mengingatkan pendatang baru agar segera melengkapi syarat administrasi kependudukan sesuai aturan yang ada," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar